WHAT'S NEW?
Loading...

Question and Ask tentang Teknologi Agribisnis


1. Mohon dijelaskan apabila seseorang akan masuk pada kegiatan bisnis, tindakan apa yang harus dilakukan dalam mentransfer, mengembangkan ide agar menjadi perusahaan yang berinovasi melalui pendekatan technology-based enterpreaneurs dan technology innovation system ?
Jawab :
Agar perusahaan dapat berinovasi melalui pendekatan technology-based enterpreaneur dan technology innovation system perlu melakukan sosialisasi sekaligus pelatihan dalam menerapkan teknologi yang aplikatif dan multi-producting. Salah satunya bisa menampilkan prototype menjadi barang yang bernilai jual.
Pengembangan usaha tersebut dengan menggunakan teknologi dalam jaringan, terutama dunia maya. Hal ini dapat memberikan keuntungan dalam meningkatkan kualitas pemasaran dari produk serta memperluas pangsa pasar dari usaha tersebut. Dalam hal ini, diupayakan pengembangan unit usaha tersebut menjadi berlipat-lipat melalui pemanfaatan teknologi.
Adapun menciptakan perusahaan yang memiliki knowledge innovation dapat melalui cara :
·         Innovation value system secara dinamis dan menunjukkan saling ketergantungan yang harus dibangun agar inovasi tersebut berhasil
·         Strategic Institutional network yang menekankan pada alur knowledge diantara partner, pengguna, organisasi litbang, dan stakeholders lain termasuk dalam proses inovasi
·         Customer succes  dengan fokusnya adalah pertumbuhan dan kesuksesan masa depan, entovation merupakan inovasi dengan pelayanan pada konsumen membantu untuk membuat transisi.
·         Produk komoditas yang bernilai tinggi dan produk alternatif, peningkatan produktivitas dan operasi pengolahan melalui inovasi teknologi

2. Knowledge Transfer Internasional (KTI) mendefinisikan Knowledge Mangement sebagai suatu strategi yang mengubah asset intelektual organisasi, baik informasi yang sudah terekam, pengalaman maupun bakat dari para anggotanya ke dalam produktivitas yang lebih tinggi, nilai-nilai baru dan peningkatan daya saing. Mohon dijelaskan upaya seperti apa agar organisasi/institusi dapat diarahkan untuk inovasi yang menghasilkan produktivitas yang tinggi guna meningkatkan daya saing ?
Jawab :
Knowledge Management telah menjadi factor yang penting bagi suatu institusi untuk memenangkan persaingan, baik di tingkat lokal maupun global. Dengan knowledge management diharapkan perusahaan dapat memaksimalkan sumberdaya, baik berupa SDM, informasi, tata laksana, dan pengetahuan. Berdasarkan sumberdaya tersbut, proses pelaksanaan pekerjaan akan lebih efektif dan meminimalisir potensi kehilangan/kerugian.
Secara umum dibutuhkan empat fungsi yang harus ada dalam proses penerapan knowledge management di organisasi, yaitu using knowledge, finding knowledge, creating knowledge, dan packaging knowledge. Tujuan akhir dari fungsi tersebut ialah seluruh organisasi dapat menerapkan know how, know what, dan know why. Setelah tujuan tersebut tercapai, seluruh organisasi dapat menerapkan self motivates creatifity, personal tacit, culture tacit, organizational tacit, dan regulatory tacit.
Untuk mencapai tujuan tersebut, knowledge management harus diterpakan di perusahaan mulai dari pengelolaan SDM, pelaksanaan pekerjaan, pengembangan dan proses penciptaan inovasi, hingga evaluasi pekerjaan. Penerapan knowledge management harus didasarkan pada prinsip knowledge sharing. Dengan knowledge sharing pengetahuan (knowledge) yang awalnya terpisah dan tersimpan dalam arsip akan dimanfaatkan dengan cara membagi, menganalisis, serta memilihnya menjadi suatu pengetahuan baru yang dapat mengefisien dan efektifkan pekerjaan. 
Proses knowledge sharing tersebut harus dirancang sedemikian rupa sehingga merangsang terjadinya interaksi antara pelaku organisasi, antara pelaku organisasi dengan pihak luar yang kompeten serta data dan informasi dari masa lalu.  Proses knowledge sharing ini harus dilakukan secara berkelanjutan. Selain itu, pelaku organisasi juga harus disediakan tools dan informasi terkait knowledge sharing dah hasil yang didapatkan agar hasil yang didapatkan dapat maksimal
Terkait tools dalam proses knowledge sharing sangat erat kaitannya dengan perkembangan teknologi informasi. Teknologi informasi berfungsi sebagai alat atau media untuk memperoleh knowledge dan informasi serta sebagai alat dalam menjalankan proses bisnis itu sendiri. Dengan teknologi informasi, pelaku knowledge sharing dapat mempercepat proses transfer knowledge dan penciptaan informasi.

3. Mohon dijelaskan strategi teknologi dan strategi bisnis apa yang diperlukan dan bagaimana mencapainya apabila perusahaan ingin mencoba memasuki pasar internasional dengan dasar biaya buruh dan pengganti input yang rendah dan mengembangkan desain produk yang sering menggambarkan kebutuhan pasar luar negeri ?
Jawab :
Strategi yang digunakan untuk memasuki pasar internasional dengan dasar biaya buruh dan input yang rendah adalah dengan memaksimalkan seluruh komponen inforware, technoware, orgaware dan humanware. Technoware di wujudkan dalam penggunaan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan pekerjaan. Tidak perlu selalu menggunakan teknologi teraru atau tercanggih, tetapi harus disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan tenaga kerja di perusahaan. Orgaware diwujudkan dalam dukungan oraganisasi yang memudahkan proses produksi dan pengembangan, baik dari perusaahan itu sendiri, pemerintahan, litbang, peraturan peraturan dan pekerja. Humanware diwujudkan dalam penggunaan tenaga kerja yang tersedia banyak dan mudah dengan efektif. Salah satunya adalah peningkatan kemampuan dan kompetensi. Inforware diwujudkan dengan transfer knowledge dan inovasi yang terus menerus melalui lembaga penelitian dan pengembangan. Inforware juga menjadi sumber pengetahuan bagi technoware, orgaware, dan humanware yang di terapkan sehingga proses produksi akan semakin efefktif dan efisien serta produk yang dihasilkan dapat sesuai dengan kebutuhan pasar internasional.
Pada prakteknya, digunakan pola kemitraan sebagai cara untuk menyatukan keempat komponen pengembangan teknologi tersebut. Technoware di dapatkan dari  lembaga litbang, sperti LIPI dan Universitas kemudian di setelah didapatkan teknologi yang sesuai teknologi tersebut akan di berikan pada produsen yang terdiri dari cluster-cluster terintegrasi. Cluster-cluster tersebut mengerjakan bagian-bagian yang berbeda kemudian disatukan dalam perusahaan inti yang akan melakukan penyatuan dari bahan-bahan semi jadi. Dengan cara ini, perusahaan akan diuntungkan karena rendahnya investasi untuk peralatan yang mahal karena digantikan dengan biaya buruh yang murah dan banyak. Berdasarkan inforware dari litbang dan universitas, maka perusahaan inti akan dapat mengetahui trend dan kebutuhan pasar internasional secara cepat untuk kemudian diimplementasikan dalam sistem produksi di inti perusahaan dan cluster. Dalam memastikan terdistribusinya informasi, teknologi dan sumber daya manusia, dibutuhkan organisasi yang mengintegrasikan seluruh komponen di perusahaan inti dan cluster, litbang, dan pemerintahan. Jika strategi ini dapat dilakukan dengan efektif dan efisien maka perusahaan dapat menembus pasar internasional dengan mengandalkan biaya buruh dan pengganti input yang rendah

4. Bagaimana sharing knowledge dapat diimplementasikan secara efektif dan efisien dalam perusahaan?
Jawab :
Sharing knowledge adalah salah satu cara untuk meningkatkan daya saing perusahaan dengan membagi informasi yang terpecah pecah dalam berbagai bentuk, baik pengalaman masa lalu, pengalaman pribadi, pengalaman personal, pengalaman perusahaan serta bentuk informasi lainnya. Untuk mendapatkan cara yang paling efektif dalam menyelesaikan masalah, informasi tersebut harus disatukan dan dipilih melalui knowledge sharing. Untuk menjamin knowledge sharing tersebut berjalan dengan efektif dan efisien maka diperlukan beberapa langkah, diantaranya :
a.       Memulai dari manajemen puncak
Manajemen puncak harus menyadari pentingnya knowledge sharing sebagai bagian dari peningkatan kemampuan perusahaan. Selanjutnya, manajemen puncak menerapkan pentingnya knowledge sharing kepada seluruh karyawan dan menegaskan pentingnya penerapan knowledge sharing oleh seluruh karyawan sebagai cara menuju kesuksesan
b.      Melibatkan pihak ahli
Pihak ketiga yang ahli dalam penerapan sharing knowledge dibutuhkan untuk memberikan cara dan langkah yang tepat dalam implementasi budaya sharing knowledge
c.       Mendorong interaksi langsung dalam knowledge sharing
Perusahaan mengadakan kegiatan yang dapat mendorong karyawan untuk berbagi informasi. Acara tersebut memberikan kesempatan untuk bertukar pikiran, membangun kepercayaan, dan brainstorming.
d.      Pergunakan teknologi untuk mempermudah dan mempercepat knowledge sharing
Teknologi dapat mempermudah hubungan dengan ahli dan informasi berharga lainnya sehingga knowledge sharing dapat dilakukan setiap hari dan setiap saat di seluruh lapisan perusahaan
e.      TIngkatkan kesadaran terhadap pentingnya knowledge sharing
Komunikasikan kesempatan dan kelebihan knowledge sharing pada seluruh karyawan. Selain itu informasikan pada karyawan tentang alat yang dapat dipergunakan dalam knowledge sharing serta dukung karyawan dalam menggunakan alat tersebut.

5.  Daya saing pasar selalu berlandaskan teknologi dan selalu berhubungan dengan ide inovatif. Faktor apa yang harus diperoleh agar daya saing tersebut sukses dan factor apa ayng harus digunakan dalam mendukung daya saing agar sukses?
Jawab :
Berikut ini factor-faktor yang menentukan keunggulan daya saing pasar
Daya saing perusahaan bergantung pada lima faktor yang mendasar, yaitu (1) tantangan atau hambatan untuk masuk pasar; (2) mendapatkan dan mempengaruhi pembeli; (3) menciptakan substitusi; (4) menentukan dan mendapatkan informasi mengenai potensi pemasok dan (5) pesaing diantara perusahaan yang ada (Michael E. Porter, 1980). Kekuatan kolektif dari kelima faktor tersebutlah yang menentukan kesuksesan daya saing perusahaan.
Faktor yang harus digunakan untuk mendukung daya saing agar sukses, faktor penentu keunggulan Alternatif-alternatif strategi tersebut diantaranya
a.       promosi ekspor dan membuka akses ke pasar baru
b.      pengembangan pembiayaan dan pengembangan lembaga keuangan non-bank
c.       penciptaan iklim usaha yang kondusif
d.      peningkatan mutu
e.      pembangunan industri hulu.
Keberhasilan dalam peningkatan daya saing tidak terlepas juga dari faktor-faktor yang mendukungnya, para pelaku yang terlibat didalammya serta sasaran atau tujuan yang ingin dicapai. Faktor utama yang dapat mendukung keberhasilan dari peningkatan daya saing adalah startegi, struktur dan persaingan. Faktor yang paling berperan dalam meningkatkan daya saing dipasar adalah pihak swasta, sedangkan tujuan utama dari peningkatan daya saing di pasar adalah meningkatkan posisi tawar. 

Strategi Penentuan Lokasi Metode Penilaian Eksponensial (MPE)


                                                                            
1. Fokus                 : Pabrik Busa
2. Alternatif            : a. Pekanbaru
                               b. Sentul
                               c. Surabaya
3. Kriteria              : a. Tenaga Kerja
                               b. Lokasi Pabrik  
                               c. Iklim Pasar
                               d. Peraturan Pemda
4. Metode Penilaian  : Ordinal (generik)
                               1. Sangat kurang
                               2. Kurang
                               3. Biasa
                               4. Bagus
                               5. Sangat Bagus

5. Tabel : Matrik Keputusan Penilaian Rencana Lokasi Pengembangan Pabrik Roti  yang sesuai dengan Metode Penilaian Eksponensial

Alternatif
Kriteria
Nilai
Peringkat
Tenaga Kerja
Lokasi Pabrik
Iklim  Pasar
Peraturan Pemda
Alternatif
MPE








1. Pekanbaru

5
5
4
3
675
1
2. Sentul

4
4
5
4
313
2
3. Surabaya

4
4
5
4
313
3








Bobot
MPE
2
4
2
2



Keterangan:

1. Perhitungan Metode  Perbandingan Eksponensial (MPE)

                                                    m                  TKK j
    Rumus      : Total Nilai (TN i ) = ∑ (RK ij )
                                               J=1
    Dengan:
    TN i          = Total nilai alternative ke –i
    RK ij                               = derajat kepentingan relative criteria ke –j pada pilihan keputusan i
    TKK j             = derajat kepentingan criteria keputusan ke-j, TKK j > 0, bulat
    n              = jumlah pilihan keputusan
    m             = jumlah kriteria keputusan







Total nilai perhitungan metode perbandingan eksponensial (MPE)
                                2          4            2           2
a. Pekanbaru         =(5)  + (5)   4 + (4) + (3)     = 675    
                                         2           4             2          2
   b. Sentul              = (4)  + ( 4)  + (5)  + (4)  = 313
                                     2           4             2              2
   c. Surabaya           = (4)  + (4)   +(5)   + (4)  = 313

Peringkat Kriteria Menurut Metode Penilaian Eksponensial :
1. Pekanbaru
2. Sentul
3. Surabaya

3.  Penentuan Lokasi Pembukaan Pabrik Roti

     Berdasarkan hasil penentuan lokasi menggunakan Metoda Penilaian Eksponensial (MPE), maka penentuan lokasi pengembangan pabrik busa  adalah Pekanbaru dengan nilai 675 (peringkat pertama) hasil ini menunjukkan sangat signifikan dibandingakan dengan lokasi pengembangan diSentul dengan nilai 313 (peringkat kedua) dan Surabaya dengan nilai 313 (peringkat ketiga). Hal ini disebaakan karena, lokasi penempatan pabrik pengembangan busa di Pekanbaru berlokasi di luar kawasan Industri, sedangkan untuk faktor tenaga kerja di Pekanbaru tingkat pendidikan yang tidak terlalu tinggi (maksimal pendidikan lulusan SMP) sehingaa tingkat kreativitas dan tuntutan karyawan tidak terlalu tinggi. Lalu untuk iklim pasar di daerah Pekanbaru cukup menjanjikan karena peluar pasar untuk dijual keluar negeri cukup tinggi dengan lokasi yang cukup strategis dengan negara Malaysia, sedangkan untuk peraturan Pemda tidak terlalu birokrasi seperti di Sentul dan Surabaya yang berada di wilayah kawasan, sehingga dalam pengurusan perijinan cenderung lebih mudah.


Aplikasi Model Penilaian


1.            NILAI NUMERIK
Model penilaian dengan menggunakan nilai numerik merupakan kriteria dan atau  alat ukurnya jelas (obyektif). Misalnya tinggi badan, berat badan, suhu ruang, dan hasil perhitungan dengan rumus yang jelas.
Contoh penerapan metode penilaian dengan menggunakan nilai numerik yaitu:
Dalam menilai kelayakan usaha suatu industri yang menjadi ukuran dasarnya dalam pengambilan keputusan adalah aspek finansial yang terdiri dari Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ratio), Payback Period (waktu pengembalian modal).
Contoh Kasus: Misalnya dalam suatu kasus untuk mengetahui kelayakan suatu usaha agroindustri karet yaitu produk lateks pekat DPNR dilihat dari aspek finansialnya. Dari perhitungan NPV, IRR, B/C Ratio dan Payback Period diperoleh hasil sebagai berikut:


No
KRITERIA INVESTASI
KONDISI NORMAL
HARGA JUAL TURUN 10%
HARGA BAHAN BAKU NAIK 17,4%
1
NPV
3,711,260,002
1,665,409.275
0
2
IRR
40%
30
20%
3
B/C Ratio
1,9
1,4
1
4
Payback Period
3,2
4,3
5,06

Berdasarkan analisis kelayakan, agroindustri layak untuk dikembangkan dengan nilai NPV 3,711,260,002, IRR 40%, BC ratio 1,9 dan Pay back Period 3,2 tahun.

2.            SKALA ORDINAL
Model penilaian dengan menggunakan skala ordinal digunakan bila produk yang akan dinilai tersebut berkaitan erat dengan kriteria kompleks yang melibatkan persepsi (subjektif). Penilaian alternatif pada setiap kriteria disarankan menggunakan jumlah skala ganjil (jumlah skala 3; 5; 7).

Contoh penerapan metode penilaian dengan skala ordinal yaitu:
Ø  Dalam pemilihan alternatif industri karet berdasarkan pohon industri
Berdasarkan pohon industri karet terdapat alternatif keputusan yaitu crumb rubber Sheet, lateks/getah DNPR, karet siklo, perekat, dan karet busa. Dan yang menjadi kriteria keputusannya adalah modal, tenaga kerja, dan teknologi. Nilai yang diberikan berkisar 1 sampai 5. Setelah itu ditentukan bobot kriteria dimana penentuan bobot ditetapkan pada setiap parameter untuk menunjukkan tingkat kepentingan suatu parameter. Nilai tingkat kepentingan yang diberikan berkisar 1-5, semakin tinggi nilai tingkat kepentingan, maka kriteria semakin penting. Setelah itu dilakukan model penilaian.
Berikut ini adalah ukuran dasar penilaian skala ordinal (3 skala) yang digunakan dalam kriteria modal:
1.      Kecil               
2.      Sedang
3.      Besar
Ukuran dasar penilaian skala ordinal (3 skala) yang digunakan dalam kriteria tenaga kerja:
1.      Sedikit
2.      Sedang
3.      Banyak
Ukuran dasar penilaian skala ordinal (3 skala) yang digunakan dalam kriteria teknologi:
1.      Sederhana
2.      Sedang
3.      Tinggi

3.            NILAI PERBANDINGAN BERPASANGAN
Misal pada AHP:
Metode proses hirarki analitik (AHP) membantu membuat keputusan untuk memecahkan masalah yang kompleks dan banyak kriteria. AHP mempunyai prinsip-prinsip dekomposisi, nilai perbandingan (comparative judgment) dan sintesis prioritas (syntesis of priorities).
Contoh penerapan metode penilaian dengan AHP yaitu
Ø  Memilih agroindustri karet berdasarkan kesesuaian dengan karakteristik petani kebun dengan jalan kerjasama membentuk koperasi petani karet.
Pada kasus ini, tujuan yang ingin dicapai adalah memilih alternatif agroindustri sedangkan kriteria yang digunakan adalah kemampuan produksi, proses pengolahan, permintaan pasar, serta aspek teknis teknologi. Pada bagian ini dipilih agroindustri berdasarkan kesesuaian dengan karakteristik petani kebun. Model ini dimaksudkan agar alternatif industri terpilih dapat dilakukan oleh kelompok petani kebun (koperasi).

4.            PREFERENSI FUZZY
Dalam pengambilan keputusan terdapat beberapa metode yang digunakan salah satunya metode fuzzy non numerik. Keunggulan metode ini adalah masing-masing pengambil  keputusan mengevaluasi setiap alternatif dari setiap kriteria secara independen. Nilai evaluasi dapat langsung diproses dengan menggunakan model perhitungan non numerik yang menjaga keakuratan nilai evaluasi yang diberikan. Contoh model penilaian ini adalah model penilaian Fuzzy (trapezoidal) usia penduduk, Fuzzy Triangular: suhu fermentasi.

Contoh penerapan metode penilaian dengan Preferensi Fuzzy yaitu
Metode fuzzy dapat digunakan dalam menganalisis kepuasan konsumen yang berdasarkan tingkat pelayanan dan harga kamar. Setiap konsumen memiliki keinginan dan tingkat kepuasan yang berbeda-beda. Untuk usaha yang bergerak dalam bidang jasa yang menawarkan jasa penginapan, pihak hotel membutuhkan indikator untuk menilai tingkat kualitas yang ditawarkan. Maju dan berkembangnya tempat pelayanan umum seperti penginapan (perhotelan) tergantung dari kualitas pelayanan yang diberikan, dan hal ini harus diperhatikan bagi pengelola pelayanan.
Dalam penerapan metode fuzzy, kasus ini ingin mengkaji seberapa besar kepuasan konsumen dan pengaruh tingkat pelayanan dan harga kamar terhadap tingkat kepuasan konsumen dalam menggunakan jasa hotel. Terlebih dahulu ditetapkan variabel dan berikut ini penetapan variabelnya.

Implementasi Total Quality Management


1.  PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Indonesia adalah negara kepulauan dengan potensi perikanan dan kelautan yang sangat besar. Salah satu andalan perikanan Indonesia adalah udang. Nilai ekspor udang selalu menempati urutan pertama dalam penyumbang devisa dari komoditi perikanan. Pangsa pasar yang dituju juga telah bervariasi, baik Jepang, Amerika, bahkan Uni Eropa. Industri udang beku pun menjadi tiang utama dalam ekspor udang.
            Udang memiliki kandungan gizi yang tinggi, dimana kandungan protein pada udang sangat besar bila dibandingkan dengan hasil perikanan lainnya. Oleh karena itu udang cepat mengalami kemunduran mutu bila dibandingkan dengan komoditi hasil perikanan lainnya maka udang seharusnya mendapatkan penanganan yang baik. Untuk mencegah terjadinya kemunduran mutu yang diakibatkan oleh aktivitas enzim, aktivitas mikrobiologis dan oksidasi dapat dicegah dengan menerapkan rantai dingin. Selain itu juga untuk pengolahan lebih lanjut dapat diterapkan proses pembekuan terhadap bahan baku. Upaya tersebut sangat penting dilakukan dalam penanganan dan pengolahan pada komoditi hasil perikanan khususnya udang, hal ini dimaksud untuk memepertahankan mutu dan kesegaran komoditi, sehingga untuk proses lebih lanjut dihasilkan produk yang memiliki nilai jual tinggi.
Besarnya pangsa pasar bukan tanpa syarat. Keamanan pangan menjadi isu penting jika kita akan melakukan ekspor ke negara-negara tersebut. Banyak regulasi yang diterapkan oleh negara tujuan ekspor sebagai persyaratan untuk menjamin keamanan pangan di wilayahnya. Salah satu persyaratan yang menjadi acuan bagi negara tujuan ekspor adalah sistem HACCP dan sistem keamanan pangan lainnya. Sistem HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Points) adalah sistem yang menerapkan tindakan pencegahan terhadap bahaya terhadap pangan yang mungkin timbul pada tiap rantai proses. Sistem ini lebih menekankan pada pengecekan selama proses produksi dibandingkan inspeksi pada produk akhir.

Persaingan dalam industri semakin ketat. Industri yang dapat meningkatkan kualitas produk adalah industri yang mampu bertahan. Selain berkualitas, produk yang dihasilkan juga harus diminati konsumen. Untuk mengetahui keinginan konsumen terhadap produk yang dihasilkan perusahaan, maka pihak perusahaan harus memperhatikan segala sesuatu yang menjadi keinginan konsumen terhadap produk sehingga perusahaan dapat meningkatkan kepuasan pelanggan. Menurut Munro-Faure (1996), Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Manajemen/TQM) merupakan pendekatan sistematis terhadap perencanaan dan manajemen aktifitas dalam memenuhi kebutuhan pelanggan dengan biaya serendah mungkin. Seperti halnya dengan mutu, definisi TQM juga ada bermacam-macam. TQM diartikan sebagai perpaduan semua fungsi dari perusahaan ke dalam falsafah holistik yang dibangun berdasarkan konsep kualitas, teamwork, produktifitas, dan pengertian serta kepuasan pelanggan. Definisi lainnya menyatakan bahwa TQM merupakan sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi.

1.2 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memaparkan penerapan manajemen produksi dan operasi khususnya TQM di PT. Indokom Samudra Persada, salah satu eksportir dan produsen udang beku.





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1       Total Quality Management (TQM)
            Total Quality Management (TQM) adalah manajemen berbasis kualitas yang melingkupi seluruh kegiatan atau proses organisasi. Dalam pengertian ini kualitas bukan sekedar “bagaimana membuat produk berkualitas baik”  dimana output adalah tujuan akhirnya namun lebih kepada “bagaimana cara untuk menghasilkan produk berkualitas baik” dimana proses organisasi adalah tujuan dan sekaligus cara.
Penekanan TQM adalah komitmen manajemen untuk mendapatkan arahan perusahaan yang terus-menerus ingin mencapai keunggulan dalam semua aspek produk dan jasa yang kesemuanya penting bagi konsumen. Ada enam konsep program dalam penerapan TQM yang efektif menurut (Heizer, 2006), yaitu:
·         Perbaikan yang terus menerus
·         Pemberdayaan karyawan
·         Benchmarking
·         Just in Time (JIT)
·         Konsep Taguchi
·         Pengetahuan alat TQM                                                 
Dalam penerapan dan penguasaan TQM, dapat dimanifestasikan dalam bentuk pengakuan ISO seri 9000, yaitu ISO-9000 s.d. ISO-9004. ISO seri 9000 memberikan pedoman tentang bagaimana suatu organisasi dapat menghasilkan produk atau jasa yang bermutu, dengan mutu yang konsisten.  Standar ISO seri 9000 mengarahkan keseluruhan sistem manajemen mutu untuk menyempurnakan dan menjaga mutu produk.  Sistem ini mengakui bahwa proses mutu terpadu melibatkan semua bagian dan fungsi organisasi. 

2.2       Quality Function Deployment (QFD)
Total Quality Management merupakan sistem manajemen yang mengikutsertakan seluruh anggota organisasi dalam menerapkan konsepsi dan teknik kendali mutu untuk mendapatkan kepuasan pelanggan serta orang yang mengerjakannya (Marimin, 2004).  Salah satu alat yang dapat digunakan untuk pelaksanaan TQM adalah Quality Function Deployment (QFD).
Menurut Yoji Akao (1966), QFD adalah metode yang digunakan untuk merancang suatu proses produk atau jasa yang disesuaikan dengan keinginan konsumen atau pelanggan (Voice of Customer atau VoC). Sedangkan menurut Cohen (1995), metode QFD pada prinsipnya adalah usaha yang dilakukan untuk menetrjemahkan apa yang menjadi keinginan konsumen menjadi apa yang dihasilkan perusahaan
Metode QFD berasal dari Jepang, ditemukan oleh Yoji Akao pada tahun 1966. Metode QFD digunakan pertama kali diperusahaan supertanker Jepang yang disebut Kobe, sebagai salah satu cara untuk memperluas dan menerapkan pandangan kualitas yag diajarkan Deming. Kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh industri permobilan Jepang khususnya Toyota yang mendapatkan sukses besar dengan menggunakan QFD. Kesuksesan yang diperoleh perusahaan-perusahaan Jepang mendorong perusahan Amerika mulai menggunakan metode QFD. Penggunaan QFD sejak itu mulai menyebar bahkan diluar industri permobilan.
Penerapan QFD menurut Tjiptono dan Anastasia (2000) akan dapat mengurangi wakru desain sebesar 40% dan biaya desain sebesar 60% secara bersamaan dengan dipertahankan dan ditingkatkannya kualitas desain. QFD berperan besar dalam meningkatkan kerjaama tim interfungsional yang terdiri dari anggota-anggota departemen pemasaran, riset dan pengembangan, pemanufakturan, dan penjulan dalam berfokus pada pengembangan produk. Selain itu ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari QFD oleh perusahaan yang berusaha meningkatkan daya saingnya melalui perbaikan kualitas dan produktifitas secara berkesinambungan. Manfaat-manfaat tersebut antara lain adalah fokus kepada pelanggan, efesiensi waktu, orientasi pada kerjasama tim, dan orientasi pada dokumentasi.

2.3       Statistical Process Control (SPC)
Menurut Gasperz (1998) pengendalian proses secara statistik adalah suatu terminologi yang mulai digunakan sejak tahun 1970-an untuk menjabarkan penggunaan teknik-teknik statistik dalam memantau dan meningkatkan performansi proses untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Pengendalian proses secara statistik merupakan suatu metodologi pengumpulan dan analisis data kualitas, serta penentuan dan interpretasi pengukuran-pengukuran yang menjelaskan tentang proses dalam suatu sistem industri untuk meningkatkan kualitas dari output guna memenuhi kebutuhan dan ekspektasi pelanggan.
Deming (2001) mengemukakan bahwa pengendalian proses secara statistik adalah alat yang digunakan industri dan bisnis untuk mencapai mutu yang diinginkan dari suatu produk dan jasa. Pengendalian proses statistik memonitor proses produksi untuk mencegah kualitas yang kurang baik. Tujuan utama pengendalian mutu statistik adalah pengurangan variabilitas yang sistematis dalam karakteristik kualitas kunci produk itu. Pengendalian proses statistik akan menstabilkan proses itu dan mengurangi variabilitas, lebih jauh biasanya menghasilkan biaya kualitas yang lebih rendah dan mempertinggi posisi kompetitif (Montgomery, 1985).
Pengertian kualitas dalam konteks pengendalian proses statistik adalah bagaimana baiknya suatu output (barang/jasa) itu memenuhi spesifikasi dan toleransi yang ditetapkan oleh bagian desain dari suatu perusahaan (Gasperz, 1998).
Terdapat dua macam tipe data untuk dianalisis secara statistik, yaitu data atribut dan data variabel. Data atribut bersifat kualitatif-subjektif. Pada data variabel yang bersifat kuantitatif-objektif, karakteristik produk yang dinilai dapat diukur misalnya, panjang, berat, tinggi, waktu kecepatan dan lain-lain.
Ada tujuh alat statistik utama yang dapat digunakan dalam pengendalian kualitas menggunakan SPC, yaitu:
1.   Diagram Sebab Akibat
Diagram ini digunakan untuk menemukan sumber-sumber persoalan dan solusinya. Nama lain dari diagram sebab-akibat adalah diagram tulang ikan (fish bone diagram) orang juga banyak menyebutnya dengan ishikawa diagram.
Alat statistik ini digunakan untuk menganalisis suatu proses dan menemukan kemungkinan penyebab suatu persoalan atau masalah yang sedang terjadi untuk diambil tindakan memperbaiki penyebabnya. Setelah penyebab-penyebab yang paling vital ditandai, maka diperlukan sumbang saran atau brainstorming dari sebuah tim khusus yang yang dibentuk, untuk menganalisis gagasan-gagasan yang membuktikan penyebab masalah tersebut. Menurut Marimin (2004), penyebab-penyebab ini dapat diklasifikasikan dalam beberapa penyebab utama yaitu metoda kerja, bahan baku, pengukuran manusia dan lingkungan.



2.4  Just In Time (JIT)
Konsep dasar system produksi tepat waktu (Just In Time = JIT) adalah memproduksi output yang diperlukan, pada waktu dibutuhkan oleh pelanggan, dalam jumlah sesuai kebutuhan pelanggan, pada setiap tahap proses dalam system produksi, dengan cara yang paling ekonomis atau paling efisien. Salah satu fenomena ilmu pengetahuan di abad 20 adalah kemunculan paradigma baru di bidang Operations Management yang dipicu oleh Japanese Management Pratices. Fenomena ini menandai kemunculan istilah Just In Time yang justru diberikan oleh para ilmuwan barat.
Inti dari Japanese Management Practices yang berkembang adalah perubahan dari Push System yang sebelumnya diterima sebagai sebuah kebenaran dalam manufacturing management ke Pull System. Dengan kata lain Pull System adalah anti tesa terhadap Push System. Gugatan Pull System ini kemudian menimbulkan dampak berantai terhadap setiap problem solving and decision making process yang bertumpu pada pengeliminasian Muda atau Waste yaitu segala sesuatu yang tidak mempunyai nilai tambah.
Cara pikir dan cara pandang yang baru ini sungguh revolusioner dalam melihat bagaimana produktivitas sebuah sistem harus ditingkatkan. Produktivitas adalah perbandingan antara output dengan input. Semakin besar output, given input, maka akan semakin besar produktivitasnya. Dalam sebuah sistem, perbedaan nilai output dari input disebabkan oleh penciptaan nilai dalam proses. Dengan kata lain, penciptaan nilai dalam proses membuat input bernilai tambah di output. Bila input 1000 dan output 1500 maka penciptaan nilai tambah dalam proses adalah 500. Cara pandang yang baru ini lebih menitik beratkan ke hasil, sehingga untuk meningkatkan Produktivitas, bukan Added Value yang ditingkatkan, tetapi Non Added Value yang dieliminasi. Perubahan-perubahan itu secara simultan berantai bisa diidentifikasi menyebabkan: Penurunan Biaya, Penurunan Persediaan, dan Perbaikan kualitas. 



BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Penerapan Konsep TQM di PT. Indokom Samudra Persada
Mengacu kepada enam konsep program dalam penerapan TQM yang efektif menurut (Heizer, 2006), berikut ini akan dijabarkan penerapan konsep tersebut dalam aktivitas di PT. Indokom Samudra Persada:

1.   Perbaikan yang terus menerus
Konsep perbaikan yang terus menerus telah dilakukan oleh PT. Indokom Samudra Persada dengan sangat baik. Hal tersebut dibuktikan salah satunya dengan telah didapatkannya sertifikasi terkait mutu, diantaranya adalah ISO:9001 dan British Retail Consortium (BRC). Kedua sertifikasi mutu tersebut menunjukkan komitmen PT. Indokom Samudra Persada dalam pengembangan mutu perusahaan. Selain karena tuntutan pangsa pasar yang meminta pelaksanaan sertifikasi sebagai syarat pemasaran produk. Pangsa pasar PT. Indokom Samudra Persada adalah Jepang, Uni Eropa, Amerika Serikat, Cina, dan negara Asia lainnya. 
Ruang lingkup perbaikan tidak hanya dari segi proses produksi saja, tetapi juga sudah mencakup pihak terkait seperti pemasok bahan baku udang, es, peralatan dan penunjang produksi lainnya. Setiap pemasok udang budidaya yang bekerjasama dengan PT.Indokom Samudra Persada harus terdaftar dan memiliki jaminan kualitas produk yang baik. Tidak hanya itu, sebelum produk diterima, akan dilakukan pengambilan sampel dan pengujian terlebih dahulu. Sampel selanjutnya akan di uji melalui beberapa metode, diantaranya ialah pengujian fisik dna penampakan, uji kesegaran, mikrobiologi, dan residu kimia.

2. Pemberdayaan karyawan
Pemberdayaan karyawan (employee empowerment) berarti melibatkan karyawan pada setiap langkah proses produksi. Adapun teknik yang membangun pemberdayaan karyawan dalam PT. Indokom Samudra Persada adalah membangun jaringan komunikasi yang melibatkan karyawan seperti sebagian karyawan atau pekerja dilibatkan dalam pengambilan keputusan sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan.
Cara lainnya adalah membentuk para penyelia yang terbuka dan mendukung, sehingga para penyelia diberikan kesempatan untuk melakukan pelatihan minimal setahun sekali. Perusahaan juga secara terpantau memindahkan tanggung jawab dari manajer dan staf pada karyawan di bagian produksi dengan mempercayakan bagian-bagian produksi untuk sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
PT. Indokom Samudra Persada juga meningkatkan pemberdayaan karyawan dengan cara membangun organisasi yang memiliki moral yang tinggi. Salah satunya dilakukan dengan cara melakukan acara gathering bersama antara pemilik, karyawan dan keluarga serta pemasok. DIharapkan dengan metode ini karyawan tidak merasa hanya bekerja tetapi juga memiliki perusahaan sehingga tujuan akhir TQM dapat tercapai
Langkah lainnya dalam meningkatkan pembaerdayaan karyawan adalah menciptakan struktur organisasi formal sebagai tim dan lingkaran kualitas. Hal ini dapat memberikan karyawan batasan dan kejelasan fungsi, tugas dan kewajibannya.

3. Benchmarking
Patokan (Benchmarking) meliputi pemilihan produk standar, jasa, biaya atau kebiasaan yang mewakili suatu kinerja terbaik dari proses atau aktivitas yang serupa dengan proses atau aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan. Langkah-langkah untuk menetapkan patokan adalah :

  1. Menetapkan apa yang akan dijadikan standar
Hal yang dijadikan patokan adalah kesegaran, penampilan fisik, size (ukuran), grade (standar kualitas), dan harga.
  1. Membentuk tim pengawas
Tim pengawas ini dipimpin oleh Manager Produksi dan supervisor bertanggung jawab dalam mengontrol kualitas produk yang nantinya akan dibandingkan dengan standar. Adapun spesifikasi standar tersebut bersumber dari keinginan konsumen.
  1. Mengidentifikasi rekanan standar
            Rekanan standar perusahaan ini adalah produk udang beku yang akan ekspor ke Jepang, Amerika Serikat, Uni Eropa dan Cina.
  1. Mengumpulkan dan menganalisis informasi standar
            Informasi standar berasal dari keinginan konsumen.
  1. Mengambil tindakan untuk memenuhi atau melebihi standar
Perusahaan berusaha meningkatkan kualitas udang beku yang dihasilkan sehingga sesuai dengan yang diharapkan konsumen.

4. Just in Time (JIT)
Dalam usaha agribisnis, hambatan dikarenakan keadaan alam merupakan salah saru faktor yang sangat berpengaruh. Keadaan alam adalah faktor yang sangat sulit diprediksi, dengan alasan inilah maka konsep just in time terutama dalam persediaan input produksi pengolahan sulit  untuk diterapakan. Perlu persiapan dan perencanaan persediaan agar menjamin kontinuitas produksi.
Komoditi udang diperoleh dari proses budidaya yang sangat tergantung pada tingkat keberhasilan budidaya udang. Seringkali proses produksi dan target tidak dapat terpenuhi karena kegagalan budidaya udang. Mengingat keadaan tersebut, penerapan konsep JIT hanya dapat diterapkan jika budidaya udang sudah menerapkan metode intensif yang menjamin kontinuitas pasokan dan kualitas

5. Konsep Taguchi
            Ada tiga konsep yang diperkenalkan Genichi Taguchi dalam memperbaiki kualitas produk dan proses, yaitu adalah ketangguhan produk, fungsi kerugian kualitas (QLF), dan kualitas berorientasi target
Dalam usaha agrobisnis umumnya masalah yang di hadapi disebabkan oleh alam, dan hal tersebut sulit untuk di hindari. Untuk menghasilkan produk dengan kualitas yang konsisten dalam setiap kondisi, PT. Indokom Samudra Persada tidak hanya melakukan pencegahan tehadap hal-hal yang dapat mengganggu kualitas produk tetapi juga mengurangi kemungkinan tidak terpenuhinya bahan baku. Hal tersebut dilakukan salah satunya dengan mencari pemasok bahan baku alternative, memiliki tambak dan pabrik pakan sendiri, serta memaksimalkan persediaan. Selain itu, dilakukan pula pengembangan dalam proses produksi dengan melakukan diversifikasi produk berdasarkan kualitas produk untuk mengalihkan bahan baku yang tidak dapat digunakan pada spesifikasi tertentu menjadi spesifikasi lainnya. Tetapi secara berkesinambungan PT. Indokom Samudra Persada juga terus melakukan konsep kualitas berorientasi target, hal ini dibuktikan dengan meningkatnya kuantitas produk berkualitas tinggi.

6. Pengetahuan alat TQM
Fish Bone

Berdasarkan diagram sebab akibat (fish bone) digambarkan faktor-faktor yang dapat meningkatkan kualitas udang beku yang diproduksi oleh perusahaan PT. Indokom Samudra Persada. Faktor-faktor tersebut sebagai berikut :
  1. Metode Kerja
Keberhasilan untuk mendapatkan kualitas udang beku dapat dipengaruhi oleh metode kerja yang dilakukan. Pada faktor metode kerja, hal-hal yang mempengaruhi adalah penerapan HACCP, terjadinya defact (kerusakan), penerapan rantai dingin pada seluruh proses, dan pelaksanaan QC. Penerapan HACCP adalah hal yang mutlak dilakukan mengingat HACCP adalah prosedur standar dalam penanganan bahan pangan, dalam hal ini udang beku. Aspek HACCP sangat terkait dengan rantai dingin dan sanitasi. Produk selama proses di jaga agar suhunya dibawah 50C untuk menonaktifkan aktivitas mikroba. Dalam pelaksanaan rantai dingin, perusahaan menggunakan beberapa cara, diantarnya adalah menggunakan es dengan perbandingan 1:1 antara es dan produk, menjaga suhu ruangan 180C serta menggunakan mesin pembeku (freezer).
Selain HACCP dan rantai dingin, metode kerja yang menajdai perhatian dalam peningkatan mutu adalah menerapkan QC yang ketat serta meminimalisir defect. Pangsa pasar internasional sangat peka dengan kualitas sehingga produk yang dihasilkan harus memiliki mutu dan kualitas yang prima. Pada proses produksi seringkali pekerja melakukan kesalahan dalam mengolah produk yang berdampak pada rusaknya produk. Supervisor dan Kepala Lini Produksi bertanggung jawab penuh dalam control kualitas produk.
  1. Bahan Baku
Bahan baku menjadi sangat krusial dalam proses produksi karena apapun proses produksi yang dilakukan tidak dapat meningkatkan kualitas produk, hanya dapat menjaganya atau mengubahnya menjadi produk baru. Aspek bahan baku juga terkait keamanan produk karena budidaya udang sangat lekat dengan bahan kimia yang mungkin mengendap dan terdeteksi sebagai residu kimia. Jika hal tersebut terjadi maka produk akan ditolak oleh pembeli. Sebagai antisipasi hal tersebut, perusahaan menerapkan pengawasan yang ketat terhadap pemasok bahan baku, baik dari segi kualitas maupun kandungan residu kimia.
Untuk mengantisipasi kurangnya bahan baku, perusahaan juga memiliki tambak pribadi yang menggunakan teknologi tervaru sehingga kontinuitas produksi dan kualitas dapat terjaga. Perusahaan juga mencari alternative lain pemasok bahan baku sebagi antisipasi kurangnya bahan baku.

  1. Sumber Daya Manusia
Faktor sumber daya manusia juga mempengaruhi kualitas udang beku yang dihasilkan seperti pelatihan, jumlah pekerja, kedisiplinan, dan ketelitian. Pelatihan yang diberikan kepada pekerja dapat mengurangi resiko kecelakaan kerja dan meningkat ketelitian serta kedisiplinan pekerja. Banyaknya jumlah pekerja di perusahaan teh akan mempercepat proses pengolahan udang sehingga menjaga kualitas bahan baku.

  1. Teknologi
Teknologi memegang peranan penting, khususnya dalam proses produksi dan pengujian sample. Proses pembekuan harus dilakukan dengan cepat untuk menghindari kehilangan cairan dan terbentuknya kristal air. Tuntutan pasar yang berbeda dalam penggunaan teknologi pembekuan juga perlu diperhatikan. Secara umum, pembekuan dapat menggunakan beberapa metode, yaitu contact palte, air blast, dan individual quick frozen.
Kemampuan mendeteksi kandungan residu kimia dan bakteri tergantung kepada tingkat teknologi yang digunakan, Semakin baik teknologi yang digunakan, maka sensitivitas dan kecepatan pengujian akan semakin baik. Banyak kasus terjadi, tidak ditemukannya residu kimia di perusahaan sedangkan di pembeli ternyata udang tersebut memiliki kandungan residu kimia. Hal tersebut terjadi karena teknologi yang digunakan negara pembeli relative lebih canggih sehingga tingkat sensitivitas juga lebih baik. Menyikapi hal tersebut, perusahaan selalu melakukan maintenance dan kalibarsi alat secara berkala serta menggunakan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan perusahaan.

Diagram Alir
PT. Indokom Samudra Persada menggunakan diaram alir untuk memudahkan karyawan memahami suatu proses atau menjelaskan sebuah proses khususnya kepada karyawan baru.

Keterangan Produk :
-          HO (Head On) / HOSO (Head On Shell On) adalah produk udang yang dibekukan secara utuh dengan adanya kepala dan karapas udang yang masih menempel.
-          HL (Head Less) adalah produk udang yang dibekukan tanpa kepala tetapi karapas atau kulit masih menempel.
-          PTO (Peeled Tail On) yaitu produk udang beku dimana udang yang sudah dipotong kepala disisakan satu segmen terakhir karapasnya dan ekor masih ada karapasnya.
-          PDTO (Peeled Deveined Tail On) atau PCDTO (Peeled Cut Deveined Tail On)  yaitu produk udang beku dimana udang yang dipotong kepala, disisakan satu segmen terakhir karapasnya, ekor masih ada karapasnya dan ususnya dicukit atau bila PCDTO diambil ususnya dengan perlakuan belah punggung dari ruas ke dua sampai ke empat.
-          PTO’S (Peeled Tail On Streech)/PDTO’S (Peeled Deveined Tail On Streech)  yaitu produk udang beku dimana udang yang sudah dipotong kepala dan disisakan satu segmen terakhir karapasnya, ekor masih ada serta udang diluruskan. Usus dicukit, ujung telson (jarum ekor) dipotong dan ujung ekor dayung (uropod) dikerik sedikit.
-          PUD (Peeled Undeveined) adalah produk udang beku dengan kepala sudah diambil dan kulit sudah dikupas tanpa perlakuan pengambilan usus.
-          PCD (Peeled Cut Deveined) dan PD (Peeled Deveined)  adalah produk udang beku dengan kepala sudah diambil dan kulit sudah dikupas dengan perlakuan pengambilan usus. PCD usus diambil dengan pemotongan ruas bagian dua sampai ke empat tidak terlalu dalam sedangkan PD perlakuannya dapat dengan cara dicukit.
-          Butterfly (BTF) adalah produk PDTO dengan bentuk kupu-kupu yaitu pemotongan dalam dari segmen pertama hingga ruas terakhir sebelum ekor, terbagi atas empat jenis potongan yaitu full cut memotong sama rata dari ujung pertama hingga terakhir;



DAFTAR PUSTAKA

Deming, W.E. 2001. Control Chart as Tool in Statistical Process Control. http://www.deming.eng.clemson.edu/Continous. Quality Improvement Server.
Gaspersz, Vincent. 2001. Manajemen Bisnis Total dalam Era Globalisasi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001.
Heizer, Jay dan Barry Render. 2006. Operations Management. 7ed. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Marimin, Prof. Dr. Ir. 2008. Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Jakarta: Grasindo.
Montgomery, D. 1998. Pengantar Pengendalian Kualitas Statistik. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Oliver, R.L. 1997. Statisfaction, a Behavioral on the Consumer. New York: McGraw-Hill, Inc.
Pande, P.S,, R.P. Neuman dan R.R. Cavanagh. 2000. The Sig Sigma Way. New York: McGraw-Hill, Inc.