Implementasi Total Quality Management
1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia adalah negara kepulauan dengan potensi perikanan dan kelautan
yang sangat besar. Salah satu andalan perikanan Indonesia adalah udang. Nilai
ekspor udang selalu menempati urutan pertama dalam penyumbang devisa dari komoditi
perikanan. Pangsa pasar yang dituju juga telah bervariasi, baik Jepang,
Amerika, bahkan Uni Eropa. Industri udang beku pun menjadi tiang utama dalam
ekspor udang.
Udang memiliki kandungan gizi yang
tinggi, dimana kandungan protein pada udang sangat besar bila dibandingkan
dengan hasil perikanan lainnya. Oleh karena itu udang cepat mengalami
kemunduran mutu bila dibandingkan dengan komoditi hasil perikanan lainnya maka
udang seharusnya mendapatkan penanganan yang baik. Untuk mencegah terjadinya kemunduran
mutu yang diakibatkan oleh aktivitas enzim, aktivitas mikrobiologis dan
oksidasi dapat dicegah dengan menerapkan rantai dingin. Selain itu juga untuk
pengolahan lebih lanjut dapat diterapkan proses pembekuan terhadap bahan baku. Upaya tersebut sangat
penting dilakukan dalam penanganan dan pengolahan pada komoditi hasil perikanan
khususnya udang, hal ini dimaksud untuk memepertahankan mutu dan kesegaran
komoditi, sehingga untuk proses lebih lanjut dihasilkan produk yang memiliki
nilai jual tinggi.
Besarnya pangsa pasar bukan tanpa syarat. Keamanan pangan menjadi isu
penting jika kita akan melakukan ekspor ke negara-negara tersebut. Banyak
regulasi yang diterapkan oleh negara tujuan ekspor sebagai persyaratan untuk
menjamin keamanan pangan di wilayahnya. Salah satu persyaratan yang menjadi
acuan bagi negara tujuan ekspor adalah sistem HACCP dan sistem keamanan pangan
lainnya. Sistem HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Points) adalah
sistem yang menerapkan tindakan pencegahan terhadap bahaya terhadap pangan yang
mungkin timbul pada tiap rantai proses. Sistem ini lebih menekankan pada
pengecekan selama proses produksi dibandingkan inspeksi pada produk akhir.
Persaingan dalam industri semakin ketat.
Industri yang dapat meningkatkan kualitas produk adalah industri yang mampu
bertahan. Selain berkualitas, produk yang dihasilkan juga harus diminati
konsumen. Untuk mengetahui keinginan konsumen terhadap produk yang dihasilkan
perusahaan, maka pihak perusahaan harus memperhatikan segala sesuatu yang menjadi
keinginan konsumen terhadap produk sehingga perusahaan dapat meningkatkan
kepuasan pelanggan. Menurut Munro-Faure (1996), Manajemen Mutu Terpadu (Total
Quality Manajemen/TQM) merupakan pendekatan sistematis terhadap perencanaan dan
manajemen aktifitas dalam memenuhi kebutuhan pelanggan dengan biaya serendah
mungkin. Seperti halnya dengan mutu, definisi TQM juga ada bermacam-macam. TQM
diartikan sebagai perpaduan semua fungsi dari
perusahaan ke dalam falsafah holistik yang dibangun berdasarkan konsep kualitas,
teamwork, produktifitas, dan pengertian serta kepuasan pelanggan. Definisi
lainnya menyatakan bahwa TQM merupakan sistem manajemen yang mengangkat
kualitas sebagai usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan
melibatkan seluruh anggota organisasi.
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini
adalah untuk memaparkan penerapan manajemen produksi dan operasi khususnya TQM di PT. Indokom Samudra
Persada, salah satu eksportir dan produsen udang beku.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Total Quality Management (TQM)
Total
Quality Management (TQM)
adalah manajemen berbasis
kualitas yang melingkupi seluruh
kegiatan atau proses organisasi. Dalam pengertian ini kualitas bukan sekedar
“bagaimana membuat produk berkualitas baik”
dimana output adalah tujuan akhirnya namun lebih kepada “bagaimana cara
untuk menghasilkan produk berkualitas baik” dimana proses organisasi adalah
tujuan dan sekaligus cara.
Penekanan TQM adalah komitmen manajemen untuk mendapatkan arahan
perusahaan yang terus-menerus ingin mencapai keunggulan dalam semua aspek
produk dan jasa yang kesemuanya penting bagi konsumen. Ada enam konsep program
dalam penerapan TQM yang efektif
menurut (Heizer, 2006), yaitu:
·
Perbaikan yang terus menerus
·
Pemberdayaan karyawan
·
Benchmarking
·
Just in Time (JIT)
·
Konsep Taguchi
·
Pengetahuan alat TQM
Dalam
penerapan dan penguasaan TQM, dapat dimanifestasikan dalam bentuk pengakuan ISO
seri 9000, yaitu ISO-9000 s.d. ISO-9004. ISO seri 9000 memberikan pedoman
tentang bagaimana suatu organisasi dapat menghasilkan produk atau jasa yang
bermutu, dengan mutu yang konsisten. Standar ISO seri 9000 mengarahkan
keseluruhan sistem manajemen mutu untuk menyempurnakan dan menjaga mutu
produk. Sistem ini
mengakui bahwa proses mutu terpadu melibatkan semua bagian dan fungsi
organisasi.
2.2 Quality Function Deployment (QFD)
Total
Quality Management merupakan
sistem manajemen yang mengikutsertakan seluruh anggota organisasi dalam
menerapkan konsepsi dan teknik kendali mutu untuk mendapatkan kepuasan
pelanggan serta orang yang mengerjakannya (Marimin, 2004). Salah satu alat yang dapat digunakan untuk
pelaksanaan TQM adalah Quality Function
Deployment (QFD).
Menurut Yoji Akao (1966), QFD adalah
metode yang digunakan untuk merancang suatu proses produk atau jasa yang disesuaikan
dengan keinginan konsumen atau pelanggan (Voice of Customer atau VoC).
Sedangkan menurut Cohen (1995), metode QFD pada prinsipnya adalah usaha yang
dilakukan untuk menetrjemahkan apa yang menjadi keinginan konsumen menjadi apa
yang dihasilkan perusahaan
Metode QFD berasal dari Jepang, ditemukan
oleh Yoji Akao pada tahun 1966. Metode QFD digunakan pertama kali diperusahaan
supertanker Jepang yang disebut Kobe, sebagai salah satu cara untuk memperluas
dan menerapkan pandangan kualitas yag diajarkan Deming. Kemudian dikembangkan
lebih lanjut oleh industri permobilan Jepang khususnya Toyota yang mendapatkan
sukses besar dengan menggunakan QFD. Kesuksesan yang diperoleh
perusahaan-perusahaan Jepang mendorong perusahan Amerika mulai menggunakan
metode QFD. Penggunaan QFD sejak itu mulai menyebar bahkan diluar industri
permobilan.
Penerapan QFD menurut Tjiptono dan
Anastasia (2000) akan dapat mengurangi wakru desain sebesar 40% dan biaya
desain sebesar 60% secara bersamaan dengan dipertahankan dan ditingkatkannya
kualitas desain. QFD berperan besar dalam meningkatkan kerjaama tim
interfungsional yang terdiri dari anggota-anggota departemen pemasaran, riset
dan pengembangan, pemanufakturan, dan penjulan dalam berfokus pada pengembangan
produk. Selain itu ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari QFD oleh
perusahaan yang berusaha meningkatkan daya saingnya melalui perbaikan kualitas
dan produktifitas secara berkesinambungan. Manfaat-manfaat tersebut antara lain
adalah fokus kepada pelanggan, efesiensi waktu, orientasi pada kerjasama tim,
dan orientasi pada dokumentasi.
2.3 Statistical Process Control (SPC)
Menurut Gasperz (1998) pengendalian proses
secara statistik adalah suatu terminologi yang mulai digunakan sejak tahun
1970-an untuk menjabarkan penggunaan teknik-teknik statistik dalam memantau dan
meningkatkan performansi proses untuk menghasilkan produk yang berkualitas.
Pengendalian proses secara statistik merupakan suatu metodologi pengumpulan dan
analisis data kualitas, serta penentuan dan interpretasi pengukuran-pengukuran
yang menjelaskan tentang proses dalam suatu sistem industri untuk meningkatkan
kualitas dari output guna memenuhi kebutuhan dan ekspektasi pelanggan.
Deming (2001) mengemukakan bahwa
pengendalian proses secara statistik adalah alat yang digunakan industri dan
bisnis untuk mencapai mutu yang diinginkan dari suatu produk dan jasa.
Pengendalian proses statistik memonitor proses produksi untuk mencegah kualitas
yang kurang baik. Tujuan utama pengendalian mutu statistik adalah pengurangan
variabilitas yang sistematis dalam karakteristik kualitas kunci produk itu.
Pengendalian proses statistik akan menstabilkan proses itu dan mengurangi
variabilitas, lebih jauh biasanya menghasilkan biaya kualitas yang lebih rendah
dan mempertinggi posisi kompetitif (Montgomery, 1985).
Pengertian kualitas dalam konteks
pengendalian proses statistik adalah bagaimana baiknya suatu output
(barang/jasa) itu memenuhi spesifikasi dan toleransi yang ditetapkan oleh
bagian desain dari suatu perusahaan (Gasperz, 1998).
Terdapat dua macam tipe data untuk
dianalisis secara statistik, yaitu data atribut dan data variabel. Data atribut
bersifat kualitatif-subjektif. Pada data variabel yang bersifat
kuantitatif-objektif, karakteristik produk yang dinilai dapat diukur misalnya,
panjang, berat, tinggi, waktu kecepatan dan lain-lain.
Ada tujuh alat statistik utama yang dapat
digunakan dalam pengendalian kualitas menggunakan SPC, yaitu:
1.
Diagram Sebab Akibat
Diagram ini digunakan untuk menemukan
sumber-sumber persoalan dan solusinya. Nama lain dari diagram sebab-akibat
adalah diagram tulang ikan (fish bone
diagram) orang juga banyak menyebutnya dengan ishikawa diagram.
Alat statistik ini digunakan untuk menganalisis
suatu proses dan menemukan kemungkinan penyebab suatu persoalan atau masalah
yang sedang terjadi untuk diambil tindakan memperbaiki penyebabnya. Setelah
penyebab-penyebab yang paling vital ditandai, maka diperlukan sumbang saran
atau brainstorming dari sebuah tim khusus yang yang dibentuk, untuk
menganalisis gagasan-gagasan yang membuktikan penyebab masalah tersebut.
Menurut Marimin (2004), penyebab-penyebab ini dapat diklasifikasikan dalam
beberapa penyebab utama yaitu metoda kerja, bahan baku, pengukuran manusia dan
lingkungan.
2.4 Just In Time (JIT)
Konsep dasar system produksi tepat waktu (Just In Time = JIT) adalah memproduksi
output yang diperlukan, pada waktu dibutuhkan oleh pelanggan, dalam jumlah
sesuai kebutuhan pelanggan, pada setiap tahap proses dalam system produksi,
dengan cara yang paling ekonomis atau paling efisien. Salah satu fenomena ilmu
pengetahuan di abad 20 adalah kemunculan paradigma baru di bidang Operations
Management yang dipicu oleh Japanese Management Pratices. Fenomena
ini menandai kemunculan istilah Just In Time yang justru diberikan
oleh para ilmuwan barat.
Inti dari Japanese Management Practices
yang berkembang adalah perubahan dari Push System yang sebelumnya diterima sebagai sebuah kebenaran
dalam manufacturing management ke Pull System. Dengan kata lain Pull System adalah anti
tesa terhadap Push System. Gugatan Pull System ini kemudian
menimbulkan dampak berantai terhadap setiap problem solving and decision
making process yang bertumpu pada pengeliminasian Muda atau Waste
yaitu segala sesuatu yang tidak
mempunyai nilai tambah.
Cara pikir dan cara pandang yang baru ini
sungguh revolusioner dalam melihat bagaimana produktivitas sebuah sistem harus
ditingkatkan. Produktivitas adalah perbandingan antara output dengan input.
Semakin besar output, given input, maka akan semakin besar produktivitasnya.
Dalam sebuah sistem, perbedaan nilai output dari input disebabkan oleh
penciptaan nilai dalam proses. Dengan kata lain, penciptaan nilai dalam proses
membuat input bernilai tambah di output. Bila input 1000 dan output 1500 maka
penciptaan nilai tambah dalam proses adalah 500. Cara pandang yang baru ini
lebih menitik beratkan ke hasil, sehingga untuk meningkatkan Produktivitas,
bukan Added Value yang ditingkatkan, tetapi Non Added Value yang dieliminasi.
Perubahan-perubahan itu secara simultan berantai bisa diidentifikasi
menyebabkan: Penurunan Biaya, Penurunan Persediaan, dan Perbaikan
kualitas.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Penerapan Konsep TQM di
PT. Indokom Samudra Persada
Mengacu kepada enam konsep program
dalam penerapan TQM yang efektif
menurut (Heizer, 2006), berikut
ini akan dijabarkan penerapan konsep tersebut dalam aktivitas di PT. Indokom
Samudra Persada:
1. Perbaikan yang terus menerus
Konsep
perbaikan yang terus menerus telah dilakukan oleh PT. Indokom Samudra Persada
dengan sangat baik. Hal tersebut dibuktikan salah satunya dengan telah
didapatkannya sertifikasi terkait mutu, diantaranya adalah ISO:9001 dan British
Retail Consortium (BRC). Kedua sertifikasi mutu tersebut menunjukkan komitmen
PT. Indokom Samudra Persada dalam pengembangan mutu perusahaan. Selain karena
tuntutan pangsa pasar yang meminta pelaksanaan sertifikasi sebagai syarat
pemasaran produk. Pangsa pasar PT. Indokom Samudra Persada adalah Jepang, Uni
Eropa, Amerika Serikat, Cina, dan negara Asia lainnya.
Ruang
lingkup perbaikan tidak hanya dari segi proses produksi saja, tetapi juga sudah
mencakup pihak terkait seperti pemasok bahan baku udang, es, peralatan dan
penunjang produksi lainnya. Setiap pemasok udang budidaya yang bekerjasama
dengan PT.Indokom Samudra Persada harus terdaftar dan memiliki jaminan kualitas
produk yang baik. Tidak hanya itu, sebelum produk diterima, akan dilakukan
pengambilan sampel dan pengujian terlebih dahulu. Sampel selanjutnya akan di
uji melalui beberapa metode, diantaranya ialah pengujian fisik dna penampakan,
uji kesegaran, mikrobiologi, dan residu kimia.
2.
Pemberdayaan karyawan
Pemberdayaan karyawan (employee empowerment) berarti melibatkan
karyawan pada setiap langkah proses produksi. Adapun teknik yang membangun
pemberdayaan karyawan dalam PT. Indokom Samudra Persada adalah membangun jaringan komunikasi yang melibatkan karyawan seperti sebagian
karyawan atau pekerja dilibatkan dalam pengambilan keputusan sehingga tidak ada
pihak yang merasa dirugikan.
Cara
lainnya adalah membentuk para
penyelia yang terbuka dan mendukung, sehingga para penyelia diberikan
kesempatan untuk melakukan pelatihan minimal setahun sekali. Perusahaan
juga secara terpantau memindahkan
tanggung jawab dari manajer dan staf pada karyawan di bagian produksi dengan
mempercayakan bagian-bagian produksi untuk sesuai dengan SOP yang telah
ditetapkan oleh perusahaan.
PT.
Indokom Samudra Persada juga meningkatkan pemberdayaan karyawan dengan cara membangun organisasi yang memiliki moral
yang tinggi. Salah satunya dilakukan dengan cara melakukan acara
gathering bersama antara pemilik, karyawan dan keluarga serta pemasok.
DIharapkan dengan metode ini karyawan tidak merasa hanya bekerja tetapi juga
memiliki perusahaan sehingga tujuan akhir TQM dapat tercapai
Langkah
lainnya dalam meningkatkan pembaerdayaan karyawan adalah menciptakan struktur organisasi formal sebagai tim
dan lingkaran kualitas. Hal ini dapat memberikan karyawan batasan dan
kejelasan fungsi, tugas dan kewajibannya.
3. Benchmarking
Patokan (Benchmarking) meliputi pemilihan produk standar, jasa, biaya atau
kebiasaan yang mewakili suatu kinerja terbaik dari proses atau aktivitas yang
serupa dengan proses atau aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan. Langkah-langkah
untuk menetapkan patokan adalah :
- Menetapkan apa yang akan dijadikan standar
Hal yang dijadikan patokan adalah kesegaran,
penampilan fisik, size (ukuran), grade (standar kualitas), dan harga.
- Membentuk tim pengawas
Tim pengawas ini dipimpin oleh Manager
Produksi dan supervisor bertanggung jawab dalam mengontrol kualitas produk yang
nantinya akan dibandingkan dengan standar. Adapun spesifikasi standar tersebut
bersumber dari keinginan konsumen.
- Mengidentifikasi rekanan standar
Rekanan standar perusahaan ini
adalah produk udang beku yang akan ekspor ke Jepang, Amerika Serikat, Uni Eropa
dan Cina.
- Mengumpulkan dan menganalisis
informasi standar
Informasi
standar berasal dari keinginan konsumen.
- Mengambil tindakan untuk memenuhi
atau melebihi standar
Perusahaan berusaha meningkatkan kualitas udang
beku yang dihasilkan sehingga sesuai dengan yang diharapkan konsumen.
4. Just in Time (JIT)
Dalam usaha agribisnis,
hambatan dikarenakan keadaan alam merupakan salah saru faktor yang sangat
berpengaruh. Keadaan alam adalah faktor yang sangat sulit diprediksi, dengan
alasan inilah maka konsep just in time terutama dalam persediaan input
produksi pengolahan sulit untuk
diterapakan. Perlu persiapan dan perencanaan persediaan agar menjamin
kontinuitas produksi.
Komoditi udang diperoleh dari proses
budidaya yang sangat tergantung pada tingkat keberhasilan budidaya udang.
Seringkali proses produksi dan target tidak dapat terpenuhi karena kegagalan
budidaya udang. Mengingat keadaan tersebut, penerapan konsep JIT hanya dapat
diterapkan jika budidaya udang sudah menerapkan metode intensif yang menjamin
kontinuitas pasokan dan kualitas
5.
Konsep Taguchi
Ada tiga konsep yang diperkenalkan Genichi Taguchi dalam
memperbaiki kualitas produk dan proses, yaitu adalah ketangguhan produk, fungsi kerugian kualitas (QLF), dan
kualitas berorientasi target
Dalam usaha agrobisnis umumnya masalah
yang di hadapi disebabkan oleh alam, dan hal tersebut sulit untuk di hindari.
Untuk menghasilkan produk dengan kualitas yang konsisten dalam setiap kondisi, PT.
Indokom Samudra Persada tidak hanya melakukan pencegahan tehadap hal-hal yang
dapat mengganggu kualitas produk tetapi juga mengurangi kemungkinan
tidak terpenuhinya bahan baku. Hal
tersebut dilakukan salah satunya dengan mencari pemasok bahan baku
alternative, memiliki tambak dan pabrik pakan sendiri, serta memaksimalkan
persediaan. Selain itu, dilakukan pula pengembangan dalam proses produksi dengan melakukan diversifikasi produk berdasarkan
kualitas produk untuk mengalihkan bahan baku yang tidak dapat digunakan
pada spesifikasi tertentu menjadi spesifikasi lainnya. Tetapi secara berkesinambungan PT. Indokom
Samudra Persada juga terus melakukan konsep kualitas berorientasi target, hal
ini dibuktikan dengan meningkatnya kuantitas produk berkualitas tinggi.
6.
Pengetahuan alat TQM
Fish Bone
Berdasarkan diagram sebab akibat (fish bone) digambarkan faktor-faktor
yang dapat meningkatkan kualitas udang beku yang diproduksi oleh perusahaan PT.
Indokom Samudra Persada. Faktor-faktor tersebut sebagai berikut :
- Metode Kerja
Keberhasilan untuk mendapatkan kualitas udang
beku dapat dipengaruhi oleh metode kerja yang dilakukan. Pada faktor metode
kerja, hal-hal yang mempengaruhi adalah penerapan HACCP, terjadinya
defact (kerusakan), penerapan rantai dingin pada seluruh proses, dan
pelaksanaan QC. Penerapan
HACCP adalah hal yang mutlak dilakukan mengingat HACCP adalah prosedur standar
dalam penanganan bahan pangan, dalam hal ini udang beku. Aspek HACCP sangat
terkait dengan rantai dingin dan sanitasi. Produk selama proses di jaga agar
suhunya dibawah 50C untuk menonaktifkan aktivitas mikroba. Dalam
pelaksanaan rantai dingin, perusahaan menggunakan beberapa cara, diantarnya adalah
menggunakan es dengan perbandingan 1:1 antara es dan produk, menjaga suhu
ruangan 180C serta menggunakan mesin pembeku (freezer).
Selain
HACCP dan rantai dingin, metode kerja yang menajdai perhatian dalam peningkatan
mutu adalah menerapkan QC yang ketat serta meminimalisir defect. Pangsa pasar
internasional sangat peka dengan kualitas sehingga produk yang dihasilkan harus
memiliki mutu dan kualitas yang prima. Pada proses produksi seringkali pekerja melakukan kesalahan dalam
mengolah produk yang berdampak pada rusaknya produk. Supervisor dan Kepala Lini
Produksi bertanggung jawab penuh
dalam control kualitas produk.
- Bahan Baku
Bahan baku
menjadi sangat krusial dalam proses produksi karena apapun proses produksi yang
dilakukan tidak dapat meningkatkan kualitas produk, hanya dapat menjaganya atau
mengubahnya menjadi produk baru. Aspek bahan baku juga terkait keamanan produk
karena budidaya udang sangat lekat dengan bahan kimia yang mungkin mengendap
dan terdeteksi sebagai residu kimia. Jika hal tersebut terjadi maka produk akan
ditolak oleh pembeli. Sebagai antisipasi hal tersebut, perusahaan menerapkan
pengawasan yang ketat terhadap pemasok bahan baku, baik dari segi kualitas
maupun kandungan residu kimia.
Untuk
mengantisipasi kurangnya bahan baku, perusahaan juga memiliki tambak pribadi
yang menggunakan teknologi tervaru sehingga kontinuitas produksi dan kualitas
dapat terjaga. Perusahaan juga mencari alternative lain pemasok bahan baku
sebagi antisipasi kurangnya bahan baku.
- Sumber Daya Manusia
Faktor sumber daya manusia juga mempengaruhi
kualitas udang beku yang dihasilkan seperti pelatihan, jumlah pekerja,
kedisiplinan, dan ketelitian. Pelatihan yang diberikan kepada pekerja dapat
mengurangi resiko kecelakaan kerja dan meningkat ketelitian serta kedisiplinan
pekerja. Banyaknya jumlah pekerja di perusahaan teh akan mempercepat proses
pengolahan udang sehingga
menjaga kualitas bahan baku.
- Teknologi
Teknologi
memegang peranan penting, khususnya dalam proses produksi dan pengujian sample.
Proses pembekuan harus dilakukan dengan cepat untuk menghindari kehilangan
cairan dan terbentuknya kristal air. Tuntutan pasar yang berbeda dalam
penggunaan teknologi pembekuan juga perlu diperhatikan. Secara umum, pembekuan
dapat menggunakan beberapa metode, yaitu contact palte, air blast, dan
individual quick frozen.
Kemampuan
mendeteksi kandungan residu kimia dan bakteri tergantung kepada tingkat
teknologi yang digunakan, Semakin baik teknologi yang digunakan, maka
sensitivitas dan kecepatan pengujian akan semakin baik. Banyak kasus terjadi,
tidak ditemukannya residu kimia di perusahaan sedangkan di pembeli ternyata
udang tersebut memiliki kandungan residu kimia. Hal tersebut terjadi karena
teknologi yang digunakan negara pembeli relative lebih canggih sehingga tingkat
sensitivitas juga lebih baik. Menyikapi hal tersebut, perusahaan selalu
melakukan maintenance dan kalibarsi alat secara berkala serta menggunakan
teknologi yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan perusahaan.
Diagram Alir
PT. Indokom Samudra Persada menggunakan diaram
alir untuk memudahkan karyawan memahami suatu proses atau menjelaskan sebuah
proses khususnya kepada karyawan baru.
Keterangan Produk :
-
HO (Head On)
/ HOSO (Head On Shell On) adalah
produk udang yang dibekukan secara utuh dengan adanya kepala dan karapas udang
yang masih menempel.
-
HL (Head Less) adalah produk udang yang dibekukan tanpa
kepala tetapi karapas atau kulit masih menempel.
-
PTO (Peeled Tail On) yaitu produk udang beku dimana
udang yang sudah dipotong kepala disisakan satu segmen terakhir karapasnya dan
ekor masih ada karapasnya.
-
PDTO (Peeled Deveined Tail On) atau PCDTO (Peeled Cut
Deveined Tail On) yaitu produk udang
beku dimana udang yang dipotong kepala, disisakan satu segmen terakhir
karapasnya, ekor masih ada karapasnya dan ususnya dicukit atau bila PCDTO
diambil ususnya dengan perlakuan belah punggung dari ruas ke dua sampai ke
empat.
-
PTO’S (Peeled Tail On Streech)/PDTO’S (Peeled Deveined
Tail On Streech) yaitu produk udang beku
dimana udang yang sudah dipotong kepala dan disisakan satu segmen terakhir
karapasnya, ekor masih ada serta udang diluruskan. Usus dicukit, ujung telson
(jarum ekor) dipotong dan ujung ekor dayung (uropod) dikerik sedikit.
-
PUD (Peeled Undeveined) adalah produk udang beku dengan
kepala sudah diambil dan kulit sudah dikupas tanpa perlakuan pengambilan usus.
-
PCD (Peeled Cut Deveined) dan PD (Peeled Deveined) adalah produk udang beku dengan kepala sudah
diambil dan kulit sudah dikupas dengan perlakuan pengambilan usus. PCD usus
diambil dengan pemotongan ruas bagian dua sampai ke empat tidak terlalu dalam
sedangkan PD perlakuannya dapat dengan cara dicukit.
-
Butterfly (BTF) adalah produk PDTO dengan bentuk
kupu-kupu yaitu pemotongan dalam dari segmen pertama hingga ruas terakhir
sebelum ekor, terbagi atas empat jenis potongan yaitu full cut memotong sama
rata dari ujung pertama hingga terakhir;
DAFTAR PUSTAKA
Gaspersz, Vincent. 2001. Manajemen Bisnis Total dalam Era Globalisasi.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001.
Heizer, Jay dan Barry Render. 2006. Operations Management. 7ed.
New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Marimin, Prof. Dr. Ir. 2008. Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk.
Jakarta: Grasindo.
Montgomery, D. 1998. Pengantar Pengendalian Kualitas Statistik. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Oliver, R.L. 1997. Statisfaction, a Behavioral on the Consumer. New York: McGraw-Hill, Inc.
Pande, P.S,, R.P. Neuman dan R.R. Cavanagh. 2000. The Sig Sigma Way.
New York: McGraw-Hill, Inc.